-----
BUKU ini merupakan karya disertasi (doktoral) Dr. Yulia Sugandi,P.h D pada Institut Etnologi Universitas Muenster, Jerman; yang diterbitkan oleh Gramedia tahun 2024. Buku ini setebal 200-300 halaman.
Karya ini menarik dan patut diapresiasi, meski di sisi lain kehadirannya menuai kritik dan memicu kekhawatiran bagi para penutur masyarakat adat Hubula, soal rahasia ada istiadat yang telah terungkap ke publik luas.
Namun secara apik, buku ini menyajikan 10 Bab dengan tema berbeda. Mulai dari Bab 1-3 yang lebih sebagai pengantar dari penulis yang menerangkan konsep eko antropologi barat dan relevansi, kontradiksi dan resolusinya dengan sistem ekonomi non barat di masyarakat dunia ketiga. Termasuk masyarakat adat suku Hubula kemarin dan kekinian.
Pada bagian ini penulis mendalam mengurai sambutan Dr. Farid dimuka yang menyoroti pola ekonomi formal yang mendominasi kehidupan zaman ini. Dimana sesungguhnya sistem ekonomi, tidak terbatas pada nilai tukar yang terbentuk di pasar, melainkan suatu konstruksi sosial yang terbentuk melalui interaksi dan relasi sosial yang terbentuk di masyarakat.
Bab 4-10 mengurai secara detail mengenai konstruksi bangunan pemukiman kompleks hunian (o silimo) sebagai "jalan" suku Hubula, perkawinan, tanah, pemindatanganan tanah, komodifikasi ritual perkawinan, rekonsiliasi dan diakhiri kesimpulan.
Tiap tema yang diangkat diulas dengan mendalam dan detail. Menjadikan buku ini patut dimiliki bagi siapa saja terutama orang muda Hubula yang ingin mempelajari adat dan kebudayaannya. Tiap bab yang ada juga diakhiri dengan simpulan yang mana membantu pembaca memahami gambaran umum pokok-pokok pikiran penulis yang dibahas di setiap bab.
Menurut hemat saya, buku ini penting sebagai bagian dari kontribusi antropolog nasional (outsider) bagi pengakuan eksistensi masyarakat adat Papua, khususnya suku Hubula di Lembah Palim, Kabupaten Jayawijaya Papua Pegunungan.
Karya ini menjadi salah satu sumbangsih pemikiran brilian sebagaimana semangat dekolonisasi pengetahuan yang digelorakan para antropolog kekinian Papua, seperti Dr. Benny Giay, Dr. Feronika Kusumaryati, Dr. I Ngurah Suryawan, termasuk Dr. Jean Cipry Baju Dale dkk.
Tapi juga tidak kalah penting menjadi bahan edukasi dan cermin refleksi sosial budaya bagi generasi muda Hubula di masa kini dan di masa depan. Demikian pula, terutama diharapkan menjadi rekomendasi utama sebagai rule model ideal dalam setiap upaya pengambilan kebijakan dan program pembangunanisasi Papua yang inklusif dengan pendekatan antropologi dari waktu ke waktu. secara berkesinambungan.
Tentu juga buku ini dapat menjadi percikan spirit emansipatif bagi orang Hubula dalam melihat dirinya di masa lalu, masa sekarang tapi juga dalam menatap dan melangkah ke masa depan.*
semua orang